Pedoman
Penulisan Kutipan dalam Karya Tulis Ilmiah
Oleh : Nikmatu Amalina
Kutipan
merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari dalam penyusunan karya ilmiah.
Namun, tidak sedikit orang yang bingung tentang cara membuat kutipan. Padahal membuat
kutipan bukanlah sesuatu yang sulit.
A.
Hal-hal
yang Harus Diperhatikan
Ketika
kita membuat kutipan tidak asal mengutip sehingga karya ilmiah yang dihasilkan
juga terkesan asal-asalan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
membuat kutipan.
Pertama,
kutiplah sehemat-hematnya.
Meskipun
dalam karya ilmiah kutipan mutlak diperlukan, hendaknya jika mengutip
sehemat-hematnya. Jika ingin mengutip dalam satu paragraf dari sebuah buku,
hendaknya jangan semua kalimat yang dikutip dalam satu paragraf. Melainkan
kutip kalimat yang benar-benar diperlukan. (Dua atau tiga kalimat (jika
paragrafnya terdiri lebih dari empat kalimat). Jika yang dibutuhkan dalam
paragraf hanya satu kalimat, satu kalimat pun sudah cukup.
Kedua,
kutiplah hanya jika dirasa perlu.
Dalam
mengutip, sebaiknya benar-benar dipertimbangkan apakah itu perlukan. Jangan
terjebak dengan kutipan. Mentang-mentang kutipan diperbolehkan dalam menyusun karya ilmiah, lantas latah
dengan cara mengutip pendapat yang sebenarnya tidak begitu perlu karena
tersebut pada dasarnya tidak ada kaitannya dengan materi yang sedang disusun.
Ketiga,
ketika mengutip persis seperti aslinya (kutipan langsung), hendaknya tempatkan
kutipan tersebut di dalam tanda petik (“. . . “). Sebenarnya akan lebih baik
jika kalimat yang dikutip diubah dengan kalimat anda sendiri. Ide, pendapat,
atau kesimpulan orang lain bisa diungkapkan kembali tanpa mengutip keseluruhan
kata-kata yang digunakan sumber yang dikutip akan berkurang, sebaiknya gunakan
kutipan langsung saja. Intinya, kurangi
sebanyak mungkin kutipan langsung. Gunakan kutipan langsung hanya jika dirasa
sangat perlu.
Keempat,
terlalu banyak mengutip akan menganggu kelancaran bahasa.
Kutipan
yang terlalu banyak akan menyebabkan uraian anda kurang lancer. Hal ini akan
mudah dirasakan oleh orang lain.
B.
Kutipan
Langsung dan Tidak Langsung
Dalam
penulisan karya ilmiah dikenal dua cara pengutipan, yaitu pengutipan langsung
dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan asli yang persis dengan
yang digunakan dalam bahasa asli yang dikutip. Kutipan tidak langsung
(paraphrase) adalah kutipan yang dikatakan dengan kata-kata sendiri (si
pengutip) dengan tidak mengubah makna yang terkandung dala bahan yang dikutip.
Kutipan tidak langsung merupakan cara yang paling
aman untuk kutipan dalam karya ilmiah, cara paling aman agar terhindar dari
tuduhan penjiplakan.
Kutipan
tidak langsung dapat menghindarkan dirin Anda dari susunan paragraf yang
tidak”nyambung “.
Seperti
halnya mengutip dari sebuah buku. Ketika paragraf atau kalimat pertama Anda
kutip dari sebuah buku, sedangkan paragraf kedua atau kalimat seterusnya Anda
kutip dari buku lain, tentu akan sedikit muncul ganjalan, misalnya aliran
kalimat terasa melompat-lompat. Selain itu, hubungan antar paragraf atau
kalimat terasa tidak “nyambung”.
Kutipan
langsung dan tidak langsung dipertanggung jawabkan dengan pencatuman catatan
pustaka, yaitu catatan yang menjelaskan sumber informasi yang digunakan. Sumber
informasi ini berupa dari buku, majalah, surat kabar dan sebagainya. Catatan
pustaka dicantumkan dalam teks, yaitu diawal atau diakhir kutipan. Informasi yang dimuat di catatan
pustaka adalah nama pengarang (nama akhir), tahun terbit, dan nomor halaman
tempat pertanyaan dikutip. Adapun informasi lengkap tentang sumber acuan itu
ditulis dalam daftar pustaka.
C.
Cara
Menulis Catatan Pustaka
Ada
beberapa macam cara menuliskan catatan pustaka. Cara penulisan catatan pustaka
yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :
a. Jika
nama pengarang dinyatakan dalam teks, ditulis nama akhirnya (jika nama itu dua
kata atau lebih). Nama pengarang langsung diikuti tahun terbit dan halaman
pustaka yang diacu. Tahun dan nomor halaman ditempatkan di dalam kurung,
dipisahkan dengan titik dua spasi.
Contoh :
Menurut Daldjoeni (1993:36) tinggi rata-rata
orang Indonesia adalah 1,56-1,65 meter.
b. Jika
nama pengarang tidak dinyatakan dalam teks, nama akhir pengarang dan tahun
terbit pustaka yang diacu serta nomor halaman dicantumkan di dalam kurung pada
akhir pertanyaan, letaknya sebelum tanda titik akhir kalimat.
Setelah nama pengarang, diletakkan tanda
koma. Setelah koma, diberi jarak satu spasi, lantas diikuti tahun terbit dan
nomor halaman. Tahun terbit dan nomor halaman dipisahkan oleh tanda titik dua.
Contoh :
Orang Bushmen yang telah yang telah
dewasa di Afrika yang tingginya hanya satu setengah meter dianggap sebagai
orang kerdil (daldjoeni, 1991:36)
c. Jika
dua pengarang, kedua nama terakhir pengarang itu dicantumkan dengan dipisahkan
kata dan. Jika pengarang tiga orang
atau lebih, digunakan singkatan dkk.
Sesudah nama akhir pengarang pertama.
Kata dan serta singkatan dkk. Tidak digaris bawahi dan tidak
dicetak miring.
Contoh :
Seseorang dapat dikatakan sebagai orang
Melayu adalah jika dalam pergaulannya memahami bahasa Melayu, berada istiadat
Melayu, dan beragama Islam (Harsono dkk., 1997:17)
d. Jika
ada beberapa karya terbitan tahun yang sama dari seorang pengarang, sebagai
pembeda digunakan huruf a, b, c, dan seterusnya di belakang tahun tebit.
Contoh :
Sugiarto (2006a:21) berpendapat bahwa . . . pendapat ini dia perkuat dengan
menyatakan bahwa . . . (Sugiarto,
2006b:5).
e. Jika
beberapa sumber informasi diacu bersama, nama pengarang dan tahun terbit serta
nomor halaman ditempatkan di dalam satu kurung. Penempatan mengikuti urutan
tahun terbit. Untuk memisahkan sumber informasi, digunakan tanda titik koma.
Contoh:
baik keluarga inti maupun keluarga luar tinggal dalam sebuah desa atau kampung. Desa atau kampung ini dipimpin oleh seorang batin (Soemargono dkk, 1992:95; Mubyarto dkk.; 1993:32).
baik keluarga inti maupun keluarga luar tinggal dalam sebuah desa atau kampung. Desa atau kampung ini dipimpin oleh seorang batin (Soemargono dkk, 1992:95; Mubyarto dkk.; 1993:32).
f. Jika
sumber pustaka tidak mempunyai tahun terbit, tuliskan tanpa tahun di dalam kurung setelah nama pengarang. Tanpa tahun ditulis dengan huruf kapital
pada awal kata, tidak digaris bawai, dan tidak dicetak miring.
Contoh :
Pendapat tentang asal-usul nama Gunung
Balak salah satunya dilontarkan oleh mahardika. Menurut Mahardika (tanpa
tahun:9) nama Gunung Balak berasal dari kata
. . .
Selain catatan pustaka, dalam penulisan
karya ilmiah juga mengenal istilah catatan kaki. Catatan kaki adalah catatan
yang memberikan keterangan tambahan yang tidak berasal dari sumber pustaka,
misalnya keterangan penjelas yang dibuat penulis sendiri atau yang diperoleh
dari wawancara dengan seseorang.
Contoh :
Dibagian awal buku ini penulis1
akan menguraikan secara sekilas tentang sosok Soeman Hs.
1.
Dalam buku ini istilah penulis mengacu pada penulis buku ini (Melayu di Mata Soeman Hs. Perlawanan Budaya
Lewat Sebuah Novel), sedangkan untuk menggantikan penulis novel Kasih Tak Terlarai (Soeman Hs) digunakan
istilah pengarang.
Rangkuman tentang
cara penulisan karya ilmiah dari buku
Sugiarto, Eko.2012. Master EYD. Yogyakarta: Khitah Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar