AYO SINAU

Jumat, 15 September 2017

sepatu etnik

 sepatu dari The Warna kembali hadir sista, ada sepatu flatshoes dan wedges. size 24-44 lho sis.

pemesanan bisa chat WA 085640322498

#sepatumasakini #sepatuetnik #sepatubatikindonesia #sepatudayak #sepatusongket #sepatuindonesia #sepatuterkini #semarang #demak #dempet




Rabu, 06 September 2017

sepatu masa kini the warna



ready only 180 rbu, pesenan bisa hub. 085640322498. 
#sepatuindonesia #sepatumasakini #sepatudayak#sepatuetnik#sepatusongket

Jumat, 28 Oktober 2016



SOAL 25 KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF
      1.      Soal itu saya kurang jelas.
Kalimat di atas mempunyai subjek ganda sehingga menjadikan kalimat tersebut tidak efektif yaitu pada kata soal itu saya yang seharusnya soal itu bagi saya
 -  Soal itu bagi saya kurang jelas.
      2 .      Sejak dari pagi dia termenung.
Tidak efektifnya kalimat di atas karena terjadi kesinoniman dalam satu kalimat yaitu pada kata sejak dan dari, yang seharusnya dilakukan penghematan menjadi: 
-   Sejak pagi dia termenung
      3.      Rumah kami yang terletak di kampung Neglasari RT 01/01.
Kalimat di atas tidak efektif karena tidak memiliki predikat yang jelas. Predikat yang jelas adalah predikat kalimat tidak didahului kata yang
 -  Rumah kami terletak di kampung Neglasari RT 01/01.
      4.    Dia datang dengan hanya membawa rasa belas kasihannya saja.
kata dengan dalam kalimat diatas tidak efektif digunakan karena kata dengan bermakna menerangkan bahwa seakan-akan diri dari subjek adalah mempunyai diri, seharusnya : 
- Dia datang hanya membawa rasa belas kasihannya saja.
   5.    Halaman sangat luas rumah paman saya di semarang.
Kalimat diatas tidak efektif karena adanya kata sangat dalam kalimat yang memiliki makna berlebihan.       
Seharusnya: -   Halaman rumah paman saya sangat luas di semarang.
      6.  Sangatlah aneh  jika seorang Jawa bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa JawKata se- pada seorang lebih efektif pakai kata orang saja, tidak ada imbuhan se-Seharusnya :
Sangatlah aneh jika orang Jawa bahkan tidak bisa berkomunikasa dengan bahasa Jawa.
   7.   Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat.
Kata dari pada pada kalimat di atas jika dihilangkan justru lebih menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak rancu atau lebih mudah untuk dipahami makna yang terkandung di dalamnya. 
-  Mereka membicarakan kehendak rakyat.
   8.   Hadirin serentak berdiri ketika mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Ketidak efektipan terjadi karena pada kalimat di atas menyebutkan subjek dua kali yaitu pada kata hadirin dan mereka kata dua ini merupakan  satu subjek yang dibicarkan dalam satu kalimat sehingga dapat menjadikan salah dalam menafsirkannya. 
-   Hadirin serentak berdiri ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya.
   9.      Pemerintah menaikkan bagi harga BBM sebesar 20%.
Kalimat di atas tidak efektif karena menyisipkan kata diantara predikat dan objek sehingga membuat kalimat tersebut menjadi tidak adanya suatu kepaduan, menjadi:
-  Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 20%.
10.  Kedua petinju dari masing-masing tim saling berpukul-pukulan.
Kalimat tersebut menjadi tidak efektif karena dalam penggunaan reduplikasi dan dalam penggunaan afik yang tidak sesuai dengan konteks, kesalahan terjadi pada kata berpukul-pukulan, prefiks ber- dan sufiks –an berfungsi untuk mewakili kata kerja tindakan yang dilakukan secara berulang dan terus menerus.
-    Kedua petinju dari masing-masing tim saling memkul.
11.  Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para lulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:
-   Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para lulubalang, dan para menteri.
12.  Bagi semua dosen yang hadir dalam rapat hari ini harus membuat laporan.
Ketidak efektifan kalimat di atas kerena salah dalam menempatkan kata bagi, kata bagi tidak boleh digunakan pada awal kalimat, kalimat di atas akan menjadi efektif jika kata bagi diganti menjadi kata semua. Seharusnya;
-    Semua dosen yang hadir dalam rapat kali ini harus membuat laporan.
13.  Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kalimat di atas tidak efektif karena salah dalam menggunakan kata penyebab yang tidak ada keserasian dengan makna dari kalimat yang akan disampaikan. Seharusnya;
-    Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
14.  Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.
Ketidak efektipan terjadi karena pada kalimat di atas menyebutkan subjek dua kali yaitu pada kata hadirin dan mereka kata dua ini merupakan  satu subjek yang dibicarkan dalam satu kalimat sehingga dapat menjadikan salah dalam menafsirkannya. Seharusnya;
-    Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
15.  Kemarin banyak para guru yang melakukan demonstrasi.
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah dalam penggunaan kata para, kata para merupakan mewakili banyak orang. Jadi dalam kalimat tersebut terjadi redudansi atau pemborosan kata, seharusnya;
-     Kemarin banyak guru yang melakukan demonstrasi.
16.  Bagi mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini diharapkan membeli buku.
Ketidak efektifan kalimat di atas kerna salah dalam menempatkan kata bagi, kata bagi tidak boleh digunakan pada awal kalimat, kalimat di atas akan menjadi efektif jika kata bagi diganti menjadi kata semua.
-     Semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini diharapkan membeli buku.
17.  Liora teman kuliah dari Silpia. Setiap hari ia belajar di rumahnya.
Pada kalimat di atas memiliki satu makna kata dan merupakan kata seru yang seharusnya tidak diberi tanda baca titik di tengah kalimat dan di akhir kalimat seharusnya diberi tanda seru bukan tanda baca titik.
-    Liora teman kuliah dari Silpia dan setiap hari mereka belajar dirumah Liora!
18.  Bapak Budino meninggal karena tergilas mobil.
Tidak efektifnya kalimat di atas disebabkan oleh ketidak tepatan dalam pemilihan kata yaitu pada kata tergilas yang sebaiknya menggunakan kata tertabrak.
-    Bapak Budino meninggal karena tertabarak mobil.
19.  Selama enam bulan pertama 2006, nilai daripada ekspor meningkat pesat terutama produsen komoditas seperti misalnya pertanian, perkebunan, pertambangan, pengangkutan, dan lain-lain.
Kesalahan pada kalimat di atas yaitu salah dalam penggunakan kata daripada dan tidak adanya pemberian tanda baca titik sebelum kata misalnya. Jika diubah menjadi kalimat efektif maka menjadi,
-Selama enam bulan pertama 2006, nilai ekspor meningkat pesat terutama produsen komoditas. Misalnya pertanian, perkebunan, pertambangan, pengangkutan, dan lain-lain.
  20.  Banyak orang-orang yang demo akibat pemadaman listrik bergilir.
Kalimat di atas tidak efektif karena menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, yaitu pada kata orang-orang, seharusnya: 
-   Banyak orang yang demo akibat pemadaman listrik bergilir.
  21.Semua warga-warga Ds. Sidomulyo berkumpul di depan Balai Desa untuk mencari tahu info tentang kecelakaan antara delman dan truk.
Kalimat di atas tidak efektif karena menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, yaitu pada kata warga-warga, seharusnya:-  Semua warga Ds. Sidomulyo berkumpul di depan Balai Desa untuk mencari tahu info tentang kecelakaan antara delman dan truk.
   22.  Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
Kata adalah dan kata merupakan memiliki makna kata yang sama, yang seharusnya tidak digunakan pada konteks yang bersamaan karena apabila dilakukan akan menjadi suatu redudansi. seharusnya :
-    Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.
   23.  Semua  para penduduk-penduduk di Kediri mengikuti tes CPNS tahun 2009.
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah dalam penggunaan kata para, kata para merupakan mewakili banyak orang. Jadi dalam kalimat tersebut terjadi redudansi atau pemborosan kata, seharusnya:
-   Semua  penduduk di Kediri mengikuti tes CPNS tahun 2009.
   24.  Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan.
Ketidak efektifan kalimat di atas terjadi penggunaan prase kami akan yang seharusnya menggunakan prase akan kami, prase akan kami merupakan suatu tindak lanjut yang dilakukan  untuk kedepannya. Sedangkan prase kami akan tidak sesuai digunakan untuk kontek di atas.
-   Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
   25.  Pada era zaman  modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
Apabila dalam sebuah kalimat sudah menggunakan kata era maka tidak perlu lagi menggunakan kata zaman. Karena kata era dan kata zaman merupakan satuan sinonim yang mempunyai makna kata yang sama.
-  Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.

contoh makalah



BATIK KOTA DEMAK
(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)
Nikmatu amalina
Pend.bahasa dan sastra jawa
Universitas Negeri Semarang

BAB I
Batik merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang berharga bagi negara, yang keberadaannya perlu terus dipertahankan dan dilestarikan. Dahulu batik mungkin hanya sebagai usaha rumah tangga atau hanya sebagai salah satu penyalur hobi, namun sekarang batik sudah menjadi sebuah bisnis usaha yang mampu membentuk suatu komunitas tersendiri bagi para pengrajinnya.
Kain batik yang dahulu hanya dikenakan untuk pakaian adat Jawa yaitu kebaya, pada perkembangannya sekarang batik sudah menjadi tren atau mode pada setiap kalangan masyarakat. Batik pada masa sekarang telah mengalami banyak perubahan. Batik yang telah dimodifikasi biasanya digunakan oleh masyarakat umum dalam kesehariannya. Batik yang telah dimodifikasi biasanya dibuat dengan menggunakan cap yang diawali dari pola dasar batik tulis.
Banyak yang beranggapan bahwa batik itu kuno sehingga banyak orang yang melupakannya. Mungkin juga para generasi muda beranggapan bahwa batik biasanya hanya dipakai oleh orang tua saja sehingga mereka tidak mau berusaha untuk mengenal dan melestarikannya. Setelah batik mengalami perubahan pada pola, warna, dan bentuknya, maka keberadaannya sekarang justru menjadi sebuah trend center pada masyarakat umum. Karena hal itu batik tidak lepas dari makna filosofis yang penuh dengan kebaikan, sehingga masalah ini menarik untuk dikaji secara etnolinguistik.
Batik merupakan salah satu ciri khusus bagi masyarakat Jawa. Jenis corak, motif, dan karakter batik yang berkembang biasanya menampilkan ciri khas asal batik tersebut. Batik yang berada di daerah Demak lebih tepatnya yang berada di Karang Mlati adalah jenis batik yang masih asli. Dalam pembuatannya pun berbeda dengan batik cap, batik tulis dibuat dengan menggambarkan pola terlebih dahulu kemudian diperjelas dengan cara pewarnaan.
1.   Apa saja Leksikon  yang terdapat pada Batik Kota Demak?
2.   Apa saja Motif dan makna filosofi yang terdapat dalam Batik Khas Kota Demak?
1.      Mendiskripsikan leksikon yang terdapat pada batik demak ?
2.      Menjelaskan penamaan motif dan makna filosofi batik demak.
1.      Manfaat Praktis
Bagi pembaca dan penulis diharapkan dapat mengetahui leksikon dan makna serta motif yang ada pada batik khas Demak serta menambah wawasan mengenai batik khas Demak.
2.      Manfaat Teoritis
Manfaat praktis dalam penelitian ini diantaranya:
a.       Dapat menambah kajian penelitian tentang kajian etnolinguistik pada Batik khas Demak.
b.      Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian menggunakan kajian etnolinguistik.



Menurut Wakit Abdullah (2013:10), etnolinguistik adalah jenis linguistik yang menaruh perhatian terhadap dimensi bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual, peristiwa budaya, folklor dan lainnya) yang lebih luas untuk memajukan dan mempertahankan praktik-praktik budaya dan struktur sosial masyarakat.
Batik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007) batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam atau lilin pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan kain batik.
Kain batik bagi bangsa Indonesia sudah dapat dikatakan sangat mendarah daging, karena batik khususnya di Jawa dipakai sebagai busana untuk keacara pesta kundangan, perkawinan atau upacara adat lainnya bahkan juga digunakan sehari-hari. Bahkan ada pepatah jika belum menggunakan busana batik maka belum dapat dikatakan seseorang itu berbusana yang baik, jadi pengertian dulu batik adalah kain yang dipakai untuk berbusana baik. Pengertian umum dahulu secara sederhana, kain batik adalah kain-kain bermotif yang dipakai untuk ikat kepala, selendang, sarung, dan kemben. Sedangkan pengertian umum sekarang batik adalah kain bermotif yang dipergunakan untuk kemeja, rok wanita, taplak meja, gorden, sprei dan sarung bantal.




  
Metodologi penelitian merupakan cara, alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melakukan penelitian. Metode adalah cara untuk mengamati atau menganalisis suatu fenomena, sedangkan penelitian mencakup kesatuan dan serangkaian proses penentuan kerangka pikir, perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik pengumpulan data, dan analisis data (dalam skripsi Evi Mukti Rachmawati, 2006: 26)
Di dalam pelaksanakan penelitian, penulis menggunakan beberapa metode diantaranya sebagai berikut:
Berikut Lokasi dan waktu yang digunakan penulis untuk meneliti batik khas Kota Demak:
Lokasi : di Batik Demak Karang Mlati, Batik Khas Demak ibu Aminah, dan Batik daerah Wijaya Kusuma.
Waktu             : Sabtu, 26 September 2015 dan Sabtu, 03 Oktober 2015
Metode dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Menurut Suparlan (Patilima, 2011: 16), metode penelitian kualitatif umumnya menggunakan (1) metode pengamatan, (2) metode pengamatan terlibat, (3) wawancara berpedoman. Oleh karena itu, peneliti menggunakan dua metode penelitian, yakni pengamatan berperan serta, dan wawancara mendalam. Dengan demikian, metode kualitatif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Pengamatan Berperan Serta
Metode  pengamatan berperan serta merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Pengamatan berperan serta ini berarti peneliti ikut terjun langsung dengan para perajin batik di Demak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan dan makna filosofi yang terdapak dalam motif batik tersebut.
Menurut Mulyana (2010: 163), pengamatan berperan serta (pengamatan terlibat) adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang lain yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan membatik di tempat penelitian. Selain itu, pengamatan berperan serta akan lebih menguntungkan peneliti karena peneliti terjun secara langsung dan ikut menghayati dalam rangkaian kegiatan proses membatik. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi langsung mengenai proses membatik, motif-motif batik Demak, dan mengetahui makna filosofi dalam motif batik tersebut.
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat pengamatan berperan serta adalah peneliti sengaja masuk ke dalam wilayah penelitian. Setelah itu, merekam dan mengenal pelaksanaan kegiatan proses membatik di desa Karang Mlati Demak. Hal yang diamati dalam penelitian ini, meliputi cara, dan proses dalam kegiatan membatik. Disamping itu, dicermati juga makna-makna yang terkandung dalam batik-batik tersebut. Dalam pengamatan ini, peneliti mencatat segala hal yang berhubungan dengan kegiatan membatik dan mengetahui jenis, motif, serta makna dalam batik tersebut.
Pengamatan berperan serta juga perlu dibatasi secara rigid. Artinya, ketika hendak mengamati fenomena budaya yang menurut kesan umum dianggap negatif, peneliti juga perlu hati-hati. Peneliti diharapkan bisa membatasi diri. Namun, peneliti juga tidak boleh terlalu larut didalamnya secara berlebihan. Menurut Endraswara (2003: 209), ada baiknya peneliti mengembangkan relativisme budaya, yaitu upaya memahami sikap dan perilaku budaya secara keseluruhan. Pengertian ini menghendaki agar penelitian sesuai dengan aturan. Jika peneliti kebetulan pelaku budaya itu sendiri, sebaiknya peneliti bisa memisahkan diri ketika sebagai peneliti.
b.      Wawancara
Tahap kedua dalam metode penelitian ini adalah wawancara langsung dengan responden yang telah ditentukan sebelumnya, diantaranya perajin batik, dan pemilik usaha batik di Karang Mlati Demak. Wawancara mendalam dilakukan agar informasi yang dihasilkan tidak simpang siur dan jelas dari sumbernya.
Wawancara adalah metode tanya jawab secara mendalam. Endraswara (2003: 212) menjelaskan bahwa wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, yaitu dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara mendalam biasanya dinamakan wawancara baku entografi atau wawancara kualitatif (Endraswara, 2003: 214).
Berdasarkan sifatnya, wawancara yang dilakukan dibagi dalam dua kategori, yakni wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara terbuka dilakukan dengan perajin batik. Sedangkan wawancara tertutup dilakukan dengan pemilik usaha batik di Demak. Melalui wawancara mendalam (Indept Interview) menurut Bogland dan Taylir (Endraswara, 2003: 214), peneliti akan membentuk dua macam pertanyaan, yaitu pertanyaan substantif dan pertanyaan teoritis. Pertanyaan substantif berupa persoalan yang terkait dengan proses kegiatan membatik, dan pertanyaan teoritis terkait dengan deskripsi, jenis, motif, dan makna filosofi dalam batik tersebut.
Peneliti melakukan wawancara mendalam ini dengan santai, informal, dan masing-masing pihak seakan tidak ada beban psikologis sehingga wawancara dapat berjalan lancar dalam suasana keakraban.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi, pencatatan lapangan, dan diskusi. Teknik observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui secara langsung tentang proses membatik dan makna dalam motif batik Demak. Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk meneguhkan dan melaporkan hasil observasi tentang proses kegiatan membatik. Teknik diskusi lakukan untuk menyamakan pemahaman tentang proses dan makna dalam tradisi grebeg besar berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berbentuk kata bukan angka. Metode deskriptif adalah metode yang semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomena-fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993:62).
Penelitian menggunakan metode kualitatif yang berupa deskripsi mendalam terhadap proses membatik dan makna-makna yang terdapat dalam motif-motif batik Demak. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dengan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya (1) menganalisis jenis, dan motif batik Demak, (2) analisis makna-makna filosofi dalam motif batik tersebut, (3) simpulan.



BAB IV
Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak dulu pernah berjaya dengan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa yang didirikan oleh Raden Patah. Sebagai wilayah pesisir, Demak dulunya memiliki pelabuhan dagang yang sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah di Nusantara maupun dari negara lain. Demak banyak mendapat pengaruh kebudayaan, misalnya saja batik. Batik Demak lahir enam abad silam, namun lama-kelamaan seakan menghilang seiring perpindahan Kasultanan Demak Bintoro ke Pajang.
Dahulu, sekitar tahun 1920-an, terdapat jenis Batik Demak dengan sebutan batik sisik yang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di Demak. Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik pernah mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya, Jepara dengan ukirannya, atau Semarang dengan lumpianya. Pada dasarnya, batik sisik khas Demak tidak tercabik dari akarnya yaitu batik pesisiran pantura.
Sekitar tahun 2006, Batik Demak mulai dirintis kembali di wilayah pesisiran dengan motif yang sangat khas, yaitu perpaduan motif pesisiran dan pertanian serta terdapat perpaduan corak Majapahit dengan nilai-nilai Islam. Tujuannya untuk mengenalkan kembali berbagai macam corak atau motif khas Demak kepada para pencinta batik. Motif atau corak yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir), burung phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbin, jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaduan motif pesisiran dan pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.

Ada beberapa Motif yang ada dalam Batik Khas kota Demak, Motif-motif tersebut disesuaikan dengan kondisi alam atau lingkungan serta perekonomian yang ada di kota Demak.
Motif dan Makna Filosofi Batik Demak
  1.      Motif Batik Bledheg
 
Motif batik Bledheg memang unik, berupa gambar kepala naga dengan mulut melebar yang tergambar secara abstraktif. Motif ini seperti menunjukan sebuah kewibawaan bagi yang memakainya.
Ukiran Bledhegg pada pintu masjid, konon adalah pemberian dari Ki Ageng Selo sebagai sumbangan untuk pintu utama masjid. Arti Bledheg terangkum dalam sajarah, bagaimana Ki Ageng Selo mampu menangkap Bledheg atau Petir yang merupakan sebuah cahaya.
Kata menangkap Bledheg ini, merupakan kiasan bagaimana Ki Ageng Selo mantan Senopati Laga Majapahit merasa sakit hati, karena tidak diangkat menjabat Senopati Khusus pada Kasultanan Demak Bintoro. Sehingga Ki Ageng selo akan mengerahkan pasukannya untuk menyerang Kasultanan Demak Bintoro, namun atas bujuk dan rayuan dari Adipati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Ki Ageng Selo mengurungkan niatnya, sehingga peristiwa tersebut diabadikan pada sebuah pintu masjid. Dalam motif batik Bledheg sengaja disisipkan sisik Cakra yang merupakan lambang Kerajanan Demak Bintoro, dengan gambar mirip kulit Bulus.

   2.      Motif  Batik Daun Pace/Caos Dhahar
 

Motif daun pace memang cukup unik, motif ini berupa gambar buah pace dan daunnya. Motif batik daun pace ini terinspirasi dari buah pace yang dulunya sebagai makanan khas pada jaman Sunan Kalijaga.
   3.      Motif Batik Jambu Belimbing
 
Motif batik jambu belimbing merupakan motif buah jambu dan belimbing yang menjadi ciri khas dari kota Demak bahkan sebagi ikon Demak. Keberadaan buah belimbing yang populer sejak zaman Sunan Kalijaga dengan tembang Ilir-ilirnya.





   4.      Motif Semangka Tegalan
Motif batik semangka tegalan ini terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan Demak. Karena Demak merupakan daerah yang terkenal akan pertaniannya.

   5.      Motif Batik Koi Sembilan
Motif batik koi sembilan ini sangat unik, motif ini digambarkan berupa ikan yang jumlahnya sembilan. Motif ini menunjukkan ciri Demak sebagai daerah pesisiran, serta motif ini dipercaya akan memberikan keberuntungan.

   6.      Motif Batik Burung Blekok Satus
Motif batik burung blekok satus ini digambarkan berupa burung yang sangat banyak, sehingga diberikan nama motif burung blekok satus. ‘Satus’ yang berarti seratus.
   1.      Primis
Primis merupakan jenis kain yang digunakan untuk membatik.
   2.      Bak celup
Bak celup merupakan alat yang digunakan dalam proses pencelupan pada saat proses pewarnaan.    
   3.      Canting cap
Canting cap merupakann alat yang terbuat dari tembaga yang memiliki motif tertentu untuk meletakkan malem, yang selanjutnya digunakan untuk mengecap pada proses membuat batik cap.
   4.      Malem (malam)
Malem  merupakan sejenis lilin cair yang digunakan untuk menutup warna pada proses membatik . 
   5.      Medel
Medel merupakan proses mencelup pada saat proses pewarnaan pertama kali.
  6.      Air sir                                                                                                                                                                                                                                                
Air sir merupakan bahan yang digunakan untuk pewarnaan pertama kali. Warna yang dihasilkan biasanya berwarna putih.
   7.      Kulit buah mahoni
Kulit buah mahoni merupakan bahan yang dijadikan sebagai pewarna alami pada kain batik. Proses pewarnaan memakai kulit mahoni biasanya memerlukan pewarnaan yang berulang-ulang sampai menghasilkan warna yang bagus.
   8.      Canting tulis
Canting tulis merupakan alat terbuat dari logam yang berbentuk unik untuk menampung malem, dengan memiliki ujung pipa kecil untuk menempelkan malem pada kain pada proses pembuatan batik tulis.
   9.      Motif
Motif merupakan rangkaian hiasan yang menujukkan ciri khas batik dan memiliki makna tersendiri.
  10.  Dhingklik
Dhingklik merupakan kursi kecil terbuat dari kayu yang digunakan untuk duduk pada proses membuat batik tulis.
  11.  Gawangan
Gawangan merupakan alat yang digunakan untuk membentangkan kain pada pembuatan batik tulis.
  12.  Wajan
Wajan merupakan alat yang terbuat dari logam sebagai tempat malem pada saat dipanaskan.
  13.  Kompor
Kompor merupakan alat yang berisi minyak tanah untuk memanaskan wajan yang berisi malem supaya mencair.
  14.  Cawuk
Cawuk merupakan alat seperti pisau yang berfungsi untuk ngerok malem.
  15.  Mopok
Mopok biasanya orang mengenal dengan sebutan nembok/ngeblok, merupakan proses menempelkan malam pada warna yang dikehendaki yang berfungsi untuk mengunci agar warna tidak berubah.
  16.  Nyorek
Nyorek merupakan proses menggambar motif pada kain sebelum dilakukan pewarnaan.
  17.  Ngecap
Ngecap merupakan proses pengecapan atau melekatkan malem pada kain menggunakan alat/canting cap. 
  18.  Nyolet
Nyolet merupakan proses memberikan warna batik pada bagian tertentu.
  19.  Nglorot
Nglorot merupakan proses melepaskan malem pada kain dengan cara merebus.
  20.  Nyanting
Nyanting merupakan proses melekatkan malem pada motif kain menggunakan canting tulis.
   21.  Ngerik
Ngerik merupakan proses melepas malem dengan cara dikerok menggunakan cawuk.
222.  Nyelup
Nyelup merupakan proses pewarnaan pada kain yang telah dibatik dengan cara dicelup.
223.  Bledheg
Bledheg merupakan motif batik yang berupa gambar naga dengan mulut melebar. Bledheg yang berarti petir, sehingga motif ini menunjukkan kewibawaan bagi yang memakainya.
224.  Daun pace (caos dhahar)
Caos dhahar merupakan motif batik yang digambarkan berupa buah pace dan daunnya. Caos dhahar yang berarti makanan khas. Motif ini bermakna buah pace yang menjadi makanan khas pada jaman Sunan Kalijaga.
225.  Jambu belimbing
Jambu belimbing merupakan motif batik dengan corak buah jambu dan belimbing. Jambu dan belimbing merupakan buah yang menjadi khas Demak.
226.  Semangka tegalan
Semangka tegalan merupakan motif batik terinspirasi dari buah semangka yang menjadi andalan Demak. Kata tegalan biasanya berhubungan dengan sawah, sedangkan semangka merupakan buah yang banyak ditanam di daerah Demak, sehingga motif batik ini diberi nama motif semangka tegalan.
227.  Koi sembilan
Koi sembilan merupakan motif batik yang digambarkan berupa ikan koi yang jumlahnya sembilan. Koi yang berjumlah sembilan menurut orang Cina memiliki makna dapat memberikan keberuntungan.
228.  Burung blekok satus
Burung blekok satus merupakan motif batik yang digambarkan berupa burung blekok yang jumlahnya banyak. Satus berarti seratus, sehingga motif ini diberi nama burung blekok satus.


  

·         Motif yang terdapat pada batik khas kota demak diantaranya, motif bledheg,caos dahar, jambu blimbing, semangka tegalan, koi sembilan, burung blekok satus,dsb.
·         Pada batik khas Kota Demak terdapat beberapa leksikon didalamnya, baik dari segi motif, peralatan yang digunakan, atau proses pembuatannya.
·         Bagi pemerintah agar lebih memberikan peluang bagi para perajin batik Kota Demak agar kedepannya Batik khas kota Demak bisa lebih maju dan berkembang.
·         Bagi pembaca, penulis mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan Makalah ini. Penulis berharap kritik dan saran demi memperbaiki makalah ini.










Abdullah, Wakid. 2013. Etnolinguistik : Teori, Metode Dan Aplikasinya. Universitas Sebelas Maret Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Deddy, Mulyana. Komunikasi Lintas Budaya: Pemikiran, Perjalanan dan Khayalan. Bandung: Rosda, 2010.
Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Rachmawati, evi mukti. 2006. Istilah Rias Pengantin Putri Bahasan Adat Surakarta Dan Perkembangannya.
Suwardi,endraswara.2006. Mistik kejawen sinkretisme, simbolisme, sufisme dalam budaya spiritual budaya. Yogyakarta: Narasi

 

Blogger news

Blogroll

About