BATIK KOTA DEMAK
(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)
Nikmatu amalina
Pend.bahasa dan sastra jawa
Universitas Negeri Semarang
BAB I
Batik merupakan salah satu bagian dari
kebudayaan yang berharga bagi negara, yang keberadaannya perlu terus
dipertahankan dan dilestarikan. Dahulu batik mungkin hanya sebagai usaha rumah
tangga atau hanya sebagai salah satu penyalur hobi, namun sekarang batik sudah
menjadi sebuah bisnis usaha yang mampu membentuk suatu komunitas tersendiri
bagi para pengrajinnya.
Kain batik yang dahulu hanya dikenakan
untuk pakaian adat Jawa yaitu kebaya, pada perkembangannya sekarang batik sudah
menjadi tren atau mode pada setiap kalangan masyarakat. Batik pada masa
sekarang telah mengalami banyak perubahan. Batik yang telah dimodifikasi
biasanya digunakan oleh masyarakat umum dalam kesehariannya. Batik yang telah
dimodifikasi biasanya dibuat dengan menggunakan cap yang diawali dari pola
dasar batik tulis.
Banyak yang beranggapan bahwa batik itu
kuno sehingga banyak orang yang melupakannya. Mungkin juga para generasi muda
beranggapan bahwa batik biasanya hanya dipakai oleh orang tua saja sehingga
mereka tidak mau berusaha untuk mengenal dan melestarikannya. Setelah batik
mengalami perubahan pada pola, warna, dan bentuknya, maka keberadaannya
sekarang justru menjadi sebuah trend center pada masyarakat umum. Karena
hal itu batik tidak lepas dari makna filosofis yang penuh dengan kebaikan,
sehingga masalah ini menarik untuk dikaji secara etnolinguistik.
Batik merupakan salah satu ciri khusus
bagi masyarakat Jawa. Jenis corak, motif, dan karakter batik yang berkembang
biasanya menampilkan ciri khas asal batik tersebut. Batik yang berada di daerah
Demak lebih tepatnya yang berada di Karang Mlati adalah jenis batik yang masih
asli. Dalam pembuatannya pun berbeda dengan batik cap, batik tulis dibuat
dengan menggambarkan pola terlebih dahulu kemudian diperjelas dengan cara
pewarnaan.
1. Apa saja Leksikon yang terdapat pada Batik Kota Demak?
2. Apa saja Motif dan makna
filosofi yang terdapat dalam Batik Khas Kota Demak?
c.
Tujuan penelitian
1.
Mendiskripsikan
leksikon yang terdapat pada
batik demak ?
2.
Menjelaskan
penamaan motif dan makna filosofi batik demak.
d.
Manfaat
penelitian
1.
Manfaat Praktis
Bagi pembaca dan penulis
diharapkan dapat mengetahui leksikon dan makna serta motif yang ada pada batik
khas Demak serta menambah wawasan mengenai batik khas Demak.
2.
Manfaat Teoritis
Manfaat praktis dalam
penelitian ini diantaranya:
a.
Dapat menambah kajian penelitian
tentang kajian etnolinguistik pada Batik khas Demak.
b. Sebagai
sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian menggunakan kajian
etnolinguistik.
Menurut Wakit Abdullah (2013:10),
etnolinguistik adalah jenis linguistik yang menaruh perhatian terhadap dimensi
bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam
dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual, peristiwa budaya, folklor
dan lainnya) yang lebih luas untuk memajukan dan mempertahankan praktik-praktik
budaya dan struktur sosial masyarakat.
Batik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 2007) batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat
secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam atau lilin pada kain,
kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan
kain batik.
Kain batik bagi bangsa Indonesia sudah
dapat dikatakan sangat mendarah daging, karena batik khususnya di Jawa dipakai
sebagai busana untuk keacara pesta kundangan, perkawinan atau upacara adat
lainnya bahkan juga digunakan sehari-hari. Bahkan ada pepatah jika belum
menggunakan busana batik maka belum dapat dikatakan seseorang itu berbusana
yang baik, jadi pengertian dulu batik adalah kain yang dipakai untuk berbusana
baik. Pengertian umum dahulu secara sederhana, kain batik adalah kain-kain
bermotif yang dipakai untuk ikat kepala, selendang, sarung, dan kemben.
Sedangkan pengertian umum sekarang batik adalah kain bermotif yang dipergunakan
untuk kemeja, rok wanita, taplak meja, gorden, sprei dan sarung bantal.
Metodologi
penelitian merupakan cara, alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam
melakukan penelitian. Metode adalah cara untuk mengamati atau menganalisis
suatu fenomena, sedangkan penelitian mencakup kesatuan dan serangkaian proses
penentuan kerangka pikir, perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik
pengumpulan data, dan analisis data (dalam
skripsi Evi Mukti Rachmawati, 2006: 26)
Di dalam pelaksanakan penelitian,
penulis menggunakan beberapa metode diantaranya sebagai berikut:
Berikut
Lokasi dan waktu yang digunakan penulis untuk meneliti batik khas Kota Demak:
Lokasi : di Batik Demak Karang Mlati, Batik Khas Demak
ibu Aminah, dan Batik daerah Wijaya Kusuma.
Waktu :
Sabtu, 26 September 2015 dan Sabtu, 03 Oktober 2015
Metode
dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Menurut Suparlan
(Patilima, 2011: 16), metode penelitian kualitatif umumnya menggunakan (1)
metode pengamatan, (2) metode pengamatan terlibat, (3) wawancara berpedoman.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan dua metode penelitian, yakni pengamatan
berperan serta, dan wawancara mendalam. Dengan demikian, metode kualitatif
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengamatan
Berperan Serta
Metode
pengamatan berperan serta merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam penelitian ini. Pengamatan berperan serta ini berarti peneliti ikut
terjun langsung dengan para perajin batik di Demak. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan dan makna filosofi yang terdapak dalam
motif batik tersebut.
Menurut Mulyana (2010: 163), pengamatan
berperan serta (pengamatan terlibat) adalah pengamatan yang dilakukan sambil
sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang lain yang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan membatik di
tempat penelitian. Selain itu, pengamatan berperan serta akan lebih
menguntungkan peneliti karena peneliti terjun secara langsung dan ikut
menghayati dalam rangkaian kegiatan proses membatik. Hal ini dilakukan agar
peneliti mendapatkan informasi langsung mengenai proses membatik, motif-motif
batik Demak, dan mengetahui makna filosofi dalam motif batik tersebut.
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
pada saat pengamatan berperan serta adalah peneliti sengaja masuk ke dalam wilayah
penelitian. Setelah itu, merekam dan mengenal pelaksanaan kegiatan proses
membatik di desa Karang Mlati Demak. Hal yang diamati dalam penelitian ini,
meliputi cara, dan proses dalam kegiatan membatik. Disamping itu, dicermati
juga makna-makna yang terkandung dalam batik-batik tersebut. Dalam pengamatan
ini, peneliti mencatat segala hal yang berhubungan dengan kegiatan membatik dan
mengetahui jenis, motif, serta makna dalam batik tersebut.
Pengamatan berperan serta juga perlu
dibatasi secara rigid. Artinya,
ketika hendak mengamati fenomena budaya yang menurut kesan umum dianggap
negatif, peneliti juga perlu hati-hati. Peneliti diharapkan bisa membatasi
diri. Namun, peneliti juga tidak boleh terlalu larut didalamnya secara
berlebihan. Menurut Endraswara (2003: 209), ada baiknya peneliti mengembangkan relativisme budaya, yaitu upaya memahami
sikap dan perilaku budaya secara keseluruhan. Pengertian ini menghendaki agar
penelitian sesuai dengan aturan. Jika peneliti kebetulan pelaku budaya itu
sendiri, sebaiknya peneliti bisa memisahkan diri ketika sebagai peneliti.
b. Wawancara
Tahap kedua dalam metode penelitian ini
adalah wawancara langsung dengan responden yang telah ditentukan sebelumnya,
diantaranya perajin batik, dan pemilik usaha batik di Karang Mlati Demak.
Wawancara mendalam dilakukan agar informasi yang dihasilkan tidak simpang siur
dan jelas dari sumbernya.
Wawancara adalah metode tanya jawab
secara mendalam. Endraswara (2003: 212) menjelaskan bahwa wawancara merupakan
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, yaitu dua
orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan. Wawancara mendalam biasanya dinamakan wawancara
baku entografi atau wawancara kualitatif (Endraswara, 2003: 214).
Berdasarkan sifatnya, wawancara yang
dilakukan dibagi dalam dua kategori, yakni wawancara terbuka dan tertutup.
Wawancara terbuka dilakukan dengan perajin batik. Sedangkan wawancara tertutup
dilakukan dengan pemilik usaha batik di Demak. Melalui wawancara mendalam (Indept Interview) menurut Bogland dan
Taylir (Endraswara, 2003: 214), peneliti akan membentuk dua macam pertanyaan,
yaitu pertanyaan substantif dan pertanyaan teoritis. Pertanyaan substantif
berupa persoalan yang terkait dengan proses kegiatan membatik, dan pertanyaan
teoritis terkait dengan deskripsi, jenis, motif, dan makna filosofi dalam batik
tersebut.
Peneliti melakukan wawancara mendalam
ini dengan santai, informal, dan masing-masing pihak seakan tidak ada beban
psikologis sehingga wawancara dapat berjalan lancar dalam suasana keakraban.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi,
pencatatan lapangan, dan diskusi. Teknik observasi dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui secara langsung tentang proses membatik dan makna dalam motif
batik Demak. Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk meneguhkan dan
melaporkan hasil observasi tentang proses kegiatan membatik. Teknik diskusi
lakukan untuk menyamakan pemahaman tentang proses dan makna dalam tradisi
grebeg besar berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan.
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan
berbentuk kata bukan angka. Metode deskriptif adalah metode yang semata-mata
hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomena-fenomena secara
empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993:62).
Penelitian
menggunakan metode kualitatif yang berupa deskripsi mendalam terhadap proses membatik
dan makna-makna yang terdapat dalam motif-motif batik Demak. Setelah semua data
dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dengan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan
tersebut diantaranya (1) menganalisis jenis, dan motif batik Demak, (2)
analisis makna-makna filosofi dalam motif batik tersebut, (3) simpulan.
BAB IV
Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian
dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak
dulu pernah berjaya dengan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa yang didirikan
oleh Raden Patah. Sebagai wilayah pesisir, Demak dulunya memiliki pelabuhan
dagang yang sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah di Nusantara maupun
dari negara lain. Demak banyak mendapat pengaruh kebudayaan, misalnya saja
batik. Batik Demak lahir enam abad silam, namun lama-kelamaan seakan menghilang
seiring perpindahan Kasultanan Demak Bintoro ke Pajang.
Dahulu, sekitar tahun 1920-an, terdapat jenis Batik Demak
dengan sebutan batik sisik yang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di
Demak. Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini
mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik pernah
mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya, Jepara dengan
ukirannya, atau Semarang dengan lumpianya. Pada dasarnya, batik sisik khas
Demak tidak tercabik dari akarnya yaitu batik pesisiran pantura.
Sekitar tahun 2006, Batik Demak mulai dirintis kembali di
wilayah pesisiran dengan motif yang sangat khas, yaitu perpaduan motif
pesisiran dan pertanian serta terdapat perpaduan corak Majapahit dengan
nilai-nilai Islam. Tujuannya untuk mengenalkan kembali berbagai macam corak
atau motif khas Demak kepada para pencinta batik. Motif atau corak yang
digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan Demak dan
menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen yang terdapat di Masjid Agung
Demak, diantaranya gambar bledeg (petir), burung phoenix, dan bulus selain itu
ada juga motif buah, seperti belimbin, jambu, dan semangka tegalan. Dengan
perpaduan motif pesisiran dan pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin
berbeda dengan batik dari daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal
sejarah dan kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif
batik kontemporer.
Ada beberapa Motif yang ada dalam Batik Khas kota Demak,
Motif-motif tersebut disesuaikan dengan kondisi alam atau lingkungan serta
perekonomian yang ada di kota Demak.
Motif dan Makna
Filosofi Batik Demak
1.
Motif Batik Bledheg
Motif batik Bledheg
memang unik, berupa gambar kepala naga dengan mulut melebar yang tergambar
secara abstraktif. Motif ini seperti menunjukan sebuah kewibawaan bagi yang
memakainya.
Ukiran Bledhegg pada pintu masjid, konon
adalah pemberian dari Ki Ageng Selo sebagai sumbangan untuk pintu utama masjid.
Arti Bledheg terangkum dalam sajarah, bagaimana Ki Ageng Selo mampu menangkap
Bledheg atau Petir yang merupakan sebuah cahaya.
Kata menangkap Bledheg ini, merupakan
kiasan bagaimana Ki Ageng Selo mantan Senopati Laga Majapahit merasa sakit
hati, karena tidak diangkat menjabat Senopati Khusus pada Kasultanan Demak
Bintoro. Sehingga Ki Ageng selo akan mengerahkan pasukannya untuk menyerang
Kasultanan Demak Bintoro, namun atas bujuk dan rayuan dari Adipati Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Ki Ageng Selo mengurungkan niatnya, sehingga
peristiwa tersebut diabadikan pada sebuah pintu masjid. Dalam motif batik
Bledheg sengaja disisipkan sisik Cakra yang merupakan lambang Kerajanan Demak
Bintoro, dengan gambar mirip kulit Bulus.
2. Motif Batik Daun
Pace/Caos Dhahar
Motif daun pace memang
cukup unik, motif ini berupa gambar buah pace dan daunnya. Motif batik daun
pace ini terinspirasi dari buah pace yang dulunya sebagai makanan khas pada jaman Sunan Kalijaga.
3. Motif Batik Jambu Belimbing
Motif batik jambu belimbing
merupakan motif buah jambu dan belimbing yang menjadi ciri khas dari kota Demak
bahkan sebagi ikon Demak. Keberadaan buah belimbing yang populer sejak zaman
Sunan Kalijaga dengan tembang Ilir-ilirnya.
4. Motif Semangka Tegalan
Motif batik semangka tegalan ini
terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan Demak. Karena Demak
merupakan daerah yang terkenal akan pertaniannya.
5.
Motif Batik Koi
Sembilan
Motif batik koi sembilan ini sangat
unik, motif ini digambarkan berupa ikan yang jumlahnya sembilan. Motif ini
menunjukkan ciri Demak sebagai daerah pesisiran, serta motif ini dipercaya akan
memberikan keberuntungan.
6. Motif
Batik Burung Blekok Satus
Motif batik burung blekok satus ini
digambarkan berupa burung yang sangat banyak, sehingga diberikan nama motif
burung blekok satus. ‘Satus’ yang berarti seratus.
1. Primis
Primis
merupakan jenis kain yang digunakan untuk membatik.
2. Bak
celup
Bak
celup merupakan alat yang digunakan dalam proses pencelupan pada saat proses
pewarnaan.
3. Canting
cap
Canting
cap merupakann alat yang terbuat dari tembaga yang memiliki motif tertentu
untuk meletakkan malem, yang selanjutnya digunakan untuk mengecap pada proses
membuat batik cap.
4. Malem
(malam)
Malem merupakan sejenis lilin cair yang digunakan
untuk menutup warna pada proses membatik .
5. Medel
Medel
merupakan proses mencelup pada saat proses pewarnaan pertama kali.
6. Air
sir
Air
sir merupakan bahan yang digunakan untuk pewarnaan pertama kali. Warna yang
dihasilkan biasanya berwarna putih.
7. Kulit
buah mahoni
Kulit
buah mahoni merupakan bahan yang dijadikan sebagai pewarna alami pada kain
batik. Proses pewarnaan memakai kulit mahoni biasanya memerlukan pewarnaan yang
berulang-ulang sampai menghasilkan warna yang bagus.
8. Canting
tulis
Canting
tulis merupakan alat terbuat dari logam yang berbentuk unik untuk menampung
malem, dengan memiliki ujung pipa kecil untuk menempelkan malem pada kain pada
proses pembuatan batik tulis.
9. Motif
Motif
merupakan rangkaian hiasan yang menujukkan ciri khas batik dan memiliki makna
tersendiri.
10. Dhingklik
Dhingklik
merupakan kursi kecil terbuat dari kayu yang digunakan untuk duduk pada proses
membuat batik tulis.
11. Gawangan
Gawangan
merupakan alat yang digunakan untuk membentangkan kain pada pembuatan batik
tulis.
12. Wajan
Wajan
merupakan alat yang terbuat dari logam sebagai tempat malem pada saat
dipanaskan.
13. Kompor
Kompor
merupakan alat yang berisi minyak tanah untuk memanaskan wajan yang berisi
malem supaya mencair.
14. Cawuk
Cawuk
merupakan alat seperti pisau yang berfungsi untuk ngerok malem.
15. Mopok
Mopok
biasanya orang mengenal dengan sebutan nembok/ngeblok, merupakan proses
menempelkan malam pada warna yang dikehendaki yang berfungsi untuk mengunci
agar warna tidak berubah.
16. Nyorek
Nyorek
merupakan proses menggambar motif pada kain sebelum dilakukan pewarnaan.
17. Ngecap
Ngecap
merupakan proses pengecapan atau melekatkan malem pada kain menggunakan
alat/canting cap.
18. Nyolet
Nyolet
merupakan proses memberikan warna batik pada bagian tertentu.
19. Nglorot
Nglorot
merupakan proses melepaskan malem pada kain dengan cara merebus.
20. Nyanting
Nyanting
merupakan proses melekatkan malem pada motif kain menggunakan canting tulis.
21. Ngerik
Ngerik
merupakan proses melepas malem dengan cara dikerok menggunakan cawuk.
222. Nyelup
Nyelup
merupakan proses pewarnaan pada kain yang telah dibatik dengan cara dicelup.
223. Bledheg
Bledheg
merupakan motif batik yang berupa gambar naga dengan mulut melebar. Bledheg
yang berarti petir, sehingga motif ini menunjukkan kewibawaan bagi yang
memakainya.
224. Daun
pace (caos dhahar)
Caos
dhahar merupakan motif batik yang digambarkan berupa buah pace dan daunnya.
Caos dhahar yang berarti makanan khas. Motif ini bermakna buah pace yang
menjadi makanan khas pada jaman Sunan Kalijaga.
225. Jambu
belimbing
Jambu
belimbing merupakan motif batik dengan corak buah jambu dan belimbing. Jambu
dan belimbing merupakan buah yang menjadi khas Demak.
226. Semangka
tegalan
Semangka tegalan merupakan motif
batik terinspirasi dari buah semangka yang menjadi andalan Demak. Kata tegalan
biasanya berhubungan dengan sawah, sedangkan semangka merupakan buah yang
banyak ditanam di daerah Demak, sehingga motif batik ini diberi nama motif
semangka tegalan.
227. Koi
sembilan
Koi
sembilan merupakan motif batik yang digambarkan berupa ikan koi yang jumlahnya
sembilan. Koi yang berjumlah sembilan menurut orang Cina memiliki makna dapat
memberikan keberuntungan.
228. Burung
blekok satus
Burung
blekok satus merupakan motif batik yang digambarkan berupa burung blekok yang
jumlahnya banyak. Satus berarti seratus, sehingga motif ini diberi nama burung
blekok satus.
·
Motif yang terdapat
pada batik khas kota demak diantaranya, motif bledheg,caos dahar, jambu
blimbing, semangka tegalan, koi sembilan, burung blekok satus,dsb.
·
Pada batik khas Kota
Demak terdapat beberapa leksikon didalamnya, baik dari segi motif, peralatan
yang digunakan, atau proses pembuatannya.
·
Bagi pemerintah agar
lebih memberikan peluang bagi para perajin batik Kota Demak agar kedepannya
Batik khas kota Demak bisa lebih maju dan berkembang.
·
Bagi pembaca, penulis
mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan Makalah ini. Penulis
berharap kritik dan saran demi memperbaiki makalah ini.
Abdullah, Wakid. 2013. Etnolinguistik : Teori,
Metode Dan Aplikasinya. Universitas Sebelas Maret Surakarta: Jurusan Sastra
Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Deddy, Mulyana. Komunikasi Lintas Budaya: Pemikiran, Perjalanan dan
Khayalan. Bandung: Rosda, 2010.
Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudaryanto. 1993. Metode dan
Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara
Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Rachmawati, evi
mukti. 2006. Istilah Rias Pengantin Putri
Bahasan Adat Surakarta Dan Perkembangannya.
Suwardi,endraswara.2006.
Mistik kejawen sinkretisme, simbolisme,
sufisme dalam budaya spiritual budaya. Yogyakarta: Narasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar