AYO SINAU

Selasa, 22 Desember 2015

Rangkuman Tata Cara Menulis Karya Ilmiah




Pedoman Penulisan Kutipan dalam Karya Tulis Ilmiah
Oleh : Nikmatu Amalina
Kutipan merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari dalam penyusunan karya ilmiah. Namun, tidak sedikit orang yang bingung tentang cara membuat kutipan. Padahal membuat kutipan bukanlah sesuatu yang sulit.
A.     Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Ketika kita membuat kutipan tidak asal mengutip sehingga karya ilmiah yang dihasilkan juga terkesan asal-asalan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membuat kutipan.
Pertama, kutiplah sehemat-hematnya.
Meskipun dalam karya ilmiah kutipan mutlak diperlukan, hendaknya jika mengutip sehemat-hematnya. Jika ingin mengutip dalam satu paragraf dari sebuah buku, hendaknya jangan semua kalimat yang dikutip dalam satu paragraf. Melainkan kutip kalimat yang benar-benar diperlukan. (Dua atau tiga kalimat (jika paragrafnya terdiri lebih dari empat kalimat). Jika yang dibutuhkan dalam paragraf hanya satu kalimat, satu kalimat pun sudah cukup.
Kedua, kutiplah hanya jika dirasa perlu.
Dalam mengutip, sebaiknya benar-benar dipertimbangkan apakah itu perlukan. Jangan terjebak dengan kutipan. Mentang-mentang kutipan diperbolehkan  dalam menyusun karya ilmiah, lantas latah dengan cara mengutip pendapat yang sebenarnya tidak begitu perlu karena tersebut pada dasarnya tidak ada kaitannya dengan materi yang sedang disusun.
Ketiga, ketika mengutip persis seperti aslinya (kutipan langsung), hendaknya tempatkan kutipan tersebut di dalam tanda petik (“. . . “). Sebenarnya akan lebih baik jika kalimat yang dikutip diubah dengan kalimat anda sendiri. Ide, pendapat, atau kesimpulan orang lain bisa diungkapkan kembali tanpa mengutip keseluruhan kata-kata yang digunakan sumber yang dikutip akan berkurang, sebaiknya gunakan kutipan langsung saja.  Intinya, kurangi sebanyak mungkin kutipan langsung. Gunakan kutipan langsung hanya jika dirasa sangat perlu.
Keempat, terlalu banyak mengutip akan menganggu kelancaran bahasa.
Kutipan yang terlalu banyak akan menyebabkan uraian anda kurang lancer. Hal ini akan mudah dirasakan oleh orang lain.
B.      Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
Dalam penulisan karya ilmiah dikenal dua cara pengutipan, yaitu pengutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan asli yang persis dengan yang digunakan dalam bahasa asli yang dikutip. Kutipan tidak langsung (paraphrase) adalah kutipan yang dikatakan dengan kata-kata sendiri (si pengutip) dengan tidak mengubah makna yang terkandung dala bahan yang dikutip.
Kutipan  tidak langsung merupakan cara yang paling aman untuk kutipan dalam karya ilmiah, cara paling aman agar terhindar dari tuduhan penjiplakan.
Kutipan tidak langsung dapat menghindarkan dirin Anda dari susunan paragraf yang tidak”nyambung “.
Seperti halnya mengutip dari sebuah buku. Ketika paragraf atau kalimat pertama Anda kutip dari sebuah buku, sedangkan paragraf kedua atau kalimat seterusnya Anda kutip dari buku lain, tentu akan sedikit muncul ganjalan, misalnya aliran kalimat terasa melompat-lompat. Selain itu, hubungan antar paragraf atau kalimat terasa tidak “nyambung”.
Kutipan langsung dan tidak langsung dipertanggung jawabkan dengan pencatuman catatan pustaka, yaitu catatan yang menjelaskan sumber informasi yang digunakan. Sumber informasi ini berupa dari buku, majalah, surat kabar dan sebagainya. Catatan pustaka dicantumkan dalam teks, yaitu diawal atau diakhir   kutipan. Informasi yang dimuat di catatan pustaka adalah nama pengarang (nama akhir), tahun terbit, dan nomor halaman tempat pertanyaan dikutip. Adapun informasi lengkap tentang sumber acuan itu ditulis dalam daftar pustaka.
C.      Cara Menulis Catatan Pustaka
Ada beberapa macam cara menuliskan catatan pustaka. Cara penulisan catatan pustaka yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Jika nama pengarang dinyatakan dalam teks, ditulis nama akhirnya (jika nama itu dua kata atau lebih). Nama pengarang langsung diikuti tahun terbit dan halaman pustaka yang diacu. Tahun dan nomor halaman ditempatkan di dalam kurung, dipisahkan dengan titik dua spasi.
Contoh :
Menurut Daldjoeni (1993:36) tinggi rata-rata orang Indonesia adalah 1,56-1,65 meter.
b.      Jika nama pengarang tidak dinyatakan dalam teks, nama akhir pengarang dan tahun terbit pustaka yang diacu serta nomor halaman dicantumkan di dalam kurung pada akhir pertanyaan, letaknya sebelum tanda titik akhir kalimat.
Setelah nama pengarang, diletakkan tanda koma. Setelah koma, diberi jarak satu spasi, lantas diikuti tahun terbit dan nomor halaman. Tahun terbit dan nomor halaman dipisahkan oleh tanda titik dua.
Contoh :
Orang Bushmen yang telah yang telah dewasa di Afrika yang tingginya hanya satu setengah meter dianggap sebagai orang kerdil (daldjoeni, 1991:36)
c.       Jika dua pengarang, kedua nama terakhir pengarang itu dicantumkan dengan dipisahkan kata dan. Jika pengarang tiga orang atau lebih, digunakan singkatan dkk. Sesudah nama akhir  pengarang pertama. Kata dan serta singkatan dkk. Tidak digaris bawahi dan tidak dicetak miring.
Contoh :
Seseorang dapat dikatakan sebagai orang Melayu adalah jika dalam pergaulannya memahami bahasa Melayu, berada istiadat Melayu, dan beragama Islam (Harsono dkk., 1997:17)
d.      Jika ada beberapa karya terbitan tahun yang sama dari seorang pengarang, sebagai pembeda digunakan huruf a, b, c, dan seterusnya di belakang tahun tebit.
Contoh :
Sugiarto (2006a:21) berpendapat bahwa  . . . pendapat ini dia perkuat dengan menyatakan bahwa  . . . (Sugiarto, 2006b:5).
e.       Jika beberapa sumber informasi diacu bersama, nama pengarang dan tahun terbit serta nomor halaman ditempatkan di dalam satu kurung. Penempatan mengikuti urutan tahun terbit. Untuk memisahkan sumber informasi, digunakan tanda titik koma.
Contoh:
baik keluarga inti maupun keluarga luar tinggal dalam sebuah desa atau kampung. Desa atau kampung ini dipimpin oleh seorang batin (Soemargono dkk, 1992:95; Mubyarto dkk.; 1993:32).
f.       Jika sumber pustaka tidak mempunyai tahun terbit, tuliskan tanpa tahun di dalam kurung setelah nama pengarang. Tanpa tahun ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, tidak digaris bawai, dan tidak dicetak miring.
Contoh :
Pendapat tentang asal-usul nama Gunung Balak salah satunya dilontarkan oleh mahardika. Menurut Mahardika (tanpa tahun:9) nama Gunung Balak berasal dari kata  . . .
Selain catatan pustaka, dalam penulisan karya ilmiah juga mengenal istilah catatan kaki. Catatan kaki adalah catatan yang memberikan keterangan tambahan yang tidak berasal dari sumber pustaka, misalnya keterangan penjelas yang dibuat penulis sendiri atau yang diperoleh dari wawancara dengan seseorang.
Contoh :
Dibagian awal buku ini penulis1 akan menguraikan secara sekilas tentang sosok Soeman Hs.
                                                        
1.        Dalam buku ini istilah penulis mengacu pada penulis buku ini (Melayu di Mata Soeman Hs. Perlawanan Budaya Lewat Sebuah Novel), sedangkan untuk menggantikan penulis novel Kasih Tak Terlarai (Soeman Hs) digunakan istilah pengarang.
Rangkuman tentang cara penulisan karya ilmiah dari buku
Sugiarto, Eko.2012. Master EYD. Yogyakarta: Khitah  Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About